Senin, 24 Maret 2014

Deduktif

Ok, kembali ke postingan selamjutnya, jika dalam postingan sebelumnya kita sudah membahas mengenai penalaran, maka dalam postingan kali ini kita akan membahas mengenai "Deduktif" dan pembahasan lainnya seperti silogisme dan entimem, apakah kalian ada yang tau apa itu deduktif ?

Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal  yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik

Ciri ciri penalaran deduktif :
Dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.



Kalimat utama terletak diawal paragraf dan selanjutnya dibarengi oleh beberapa kalimat penjelas sebagai pendukung kalimat utama.

Contoh:
Masyarakat indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus)
dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup komsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial .

Setelah postingan di atas kita telah mengetahui apa itu penalaran deduktif, maka pada postingan di bawah ini kita akan membahas mengenai silogisme dan entimem.

Silogisme adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau lebih premis, yakni pernyataan-pernyataan yang mendahului kemudian ditarik suatu kesimpulan menurut prinsip-prinisip logis, perlawanan dan pendasaran yang mencukupi. Silogisme merupakan jenis deduksi yang banyak digunakan jika seseorang menyusun suatu argumentasi.

1. Silogisme Golongan
Pada silogisme jenis ini terdapat dua permis dan satu kesimpulan. Kedua premis tersebut terdiri dari premis umum dan premis khusus atau disebut juga premis mayor dan premis minor.
a. Premis umum menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu memiliki sifat atau hal tertentu.
b. Premis khusus menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang adalah anggota dari golongan tertentu itu.
c. Kesimpulan menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu.

Jika dirumuskan:

PU : A = B
PK : C = A
K : C = B

Keterangan:
PU = premis umum
PK = premis khusus
K = kesimpulan

Contoh silogisme golongan
PU: Semua unggas berkembang biak dengan cara bertelur.
PK: Ayam adalah unggas.
K : Ayam adalah petelur.

PU: Semua murid SMAN 1 Balapulang lulus ujian nasional.
PK: Lia adalah murid SMAN 1 Balapulang.
K : Lia lulus ujian nasional.

2. Silogisme Negatif
Silogisme negatif ditandai dengan adanya penggunaan kata bukan atau tidak pada premis dan kesimpulan. Jika salah satu premis dalam silogisme bersifat negatif, maka kesimpulannya juga bersifat negatif.

Contoh silogisme negatif
PU: Semua siswa SMA Antah Berantah tidak pernah berpikir untuk menggunakan bocoran saat mengerjakan soal ujian nasional.
PK: Sukino adalah siswa SMA Antah Berantah.
K : Sukino tidak pernah berpikir untuk menggunakan bocoran saat mengerjakan soal ujian nasional.

3. Silogisme yang Salah
Pada suatu argumentasi perlu berhati-hati dalam menggunakan penalaran pada silogisme. Karena jika tidak, maka bisa memunculkan kesalahan ketika menarik kesimpulan. Merumuskan suatu premis harus cermat supaya tidak terjadi kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Untuk mencegah kesalahan, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.

a. Dari dua premis khusus akan membuahkan kesimpulan yang diragukan.
Contoh:
PU: Rombeng diterima sebagai mahasiswa UGM.
PK: Rombeng remaja yang taat beribadah.
K : Remaja yang taat beribadah diterima sebagai mahasiswa UGM. (?)
(semua premis termasuk premis khusus sehingga tidak bisa ditarik kesimpulan)

PU: Semua yang diterima sebagai mahasiswa UGM adalah remaja yang taat rajin menabung.
PK: Rombeng diterima sebagai mahasiswa UGM.
K : Rombeng adalah remaja yang rajin menabung. (?)

b. Dalam premis khusus, A tidak menjadi predikat. C tidak dihubungkan dengan A, melainkan dengan B. Jadi, baik premis umum maupun premis khusus dihubungkan dengan B. Silogisme yang demikian menghasilkan kesimpulan yang tidak dipercaya atau diragukan.
Contoh:
PU: Semua anggota OSIS SMA Antah Berantah adalah siswa yang pandai.
PK: Kustovo Roberto adalah siswa yang pandai.
K : Kustovo Roberto adalah anggota OSIS SMA Antah Berantah. (?)

PU: Semua pejabat adalah orang kaya.
PK: Ayah Klewer adalah orang kaya.
K : Ayah Klewer adalah pejabat. (?)

c. Dari dua premis yang negatif menghasilkan kesimpulan yang diragukan.
Contoh:
PU: Semua tukang becak tidak memerlukan SIM.
PK: Anu bukan tukang becak.
K : Anu memerlukan SIM. (?)

d. Apabila premis umum tidak menyatakan semua anggota golongan, maka akan menghasilkan kesimpulan yang diragukan.
Contoh:
PU: Tidak semua pejabat adalah penjahat.
PK: Gambreng adalah penjahat.
K : Gambreng adalah pejabat. (?)

4. Entimem
Pada percakapan dalam kehidupan sehari-hari, suatu logisme seringkali diperpendek, yakni tanpa menyebutkan premis-premis umum. Seseorang lansung mengatakan kesimpulan yang diikuti dengan premis khusus sebagai penyebabnya. Bentuk silogisme seperti ini disebut entimem.

Rumus:
C = B, karena C = A

Contoh:
PU: Semua pemimpin yang jujur tidak mau melakukan korupsi.
PK: Pak Brewok seorang pemimpin yang jujur.
K : Pak Brewok tidak mau melakukan korupsi.

Entimem: Pak Brewok tidak melakukan korupsi, karena ia seorang pemimpin yang jujur.

Sumber :
http://akbarrangga.blogspot.com/2014/03/deduktif.html
http://www.limaratus.com/2013/07/pengertian-dan-contoh-silogisme-bahasa.html

1 komentar: